Bima, Mimbarntb.com: Tokoh Muda Mengucapkan Setiap tanggal 20 Mei kini sebagai Hari Kebangkitan Nasional -->
Cari Berita

Free Space 970 X 90px

Bima, Mimbarntb.com: Tokoh Muda Mengucapkan Setiap tanggal 20 Mei kini sebagai Hari Kebangkitan Nasional

Saturday, May 20, 2017

Bima, Mimbarntb.com: Setiap tanggal 20 Mei kini sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Tanggal tersebut mengambil dari kelahiran organisasi Budi Utomo (Boedi Oetomo).Inlands Artsen (STOVIA) di tahun 1908. Empat puluh tahun kemudian atau pada 1948 barulah Presiden Sukarno menetapkan 20 Mei sebagai hari bangkitnya nasionalisme.

Nurdin

Baca juga: Apa Mimpi Kamu tentang Indonesia di Harkitnas?

Latar belakang penetapan hari yang kini dikenal sebagai Kebangkitan Nasional adalah pada awal kemerdekaan, Republik Indonesia membutuhkan pemersatu. Bung Karno menilai bahwa kelahiran Budi Utomo merupakan simbol yang tepat untuk menggambarkan bagaimana bangsa Indonesia mulai bangkit untuk melawan penjajahan.

"Bung Karno mencari jejak sejarah yang bisa menjelaskan asal usulnya gerakan Bangsa Indonesia. Budi Utomo jelas masih bersifat kedaerahan awalnya, tetapi yang membedakan dengan organiasi lainnya saat itu adalah unsur modernitasnya. Bagaimana ada mekanisme pemilihan ketua dalam organisasi," kata sejarawan yang juga Dirjen Kebudayaan Kemdikbud, Hilmar Farid saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

Pada tahun 1948 terjadi dinamika sosial politik di Indonesia. Belanda kembali dengan membonceng sekutu dan sempat melancarkan agresi militer yang pertama pada tahun 1947.

Pada Desember 1947 kemudian diadakan perjanjian di atas kapal USS Renville terkait batasan wilayah Indonesia dan Belanda. Akibat perjanjian itu, wilayah Indonesia jadi sebatas sebagian Pulau Jawa dan Sumatera.

Ibukota pemerintahan pun dipindahkan ke Yogyakarta kemudian. Tak lama setelah itu muncul oposisi pemerintah yang digawangi oleh Amir Sjarifuddin. Organisasi oposisi itu adalah Front Demokrasi Rakyat yang merupakan gabungan organisasi 'Sayap Kiri'.

Di bidang ekonomi, terjadi krisis yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya pasokan beras. Untuk itu Bung Karno membutuhkan sebuah simbol yang jadi momentum mempersatukan bangsa. (bag/fjp)