Petahana Dalam Pusaran Stigma -->
Cari Berita

Free Space 970 X 90px

Petahana Dalam Pusaran Stigma

Saturday, September 2, 2017

Oleh: Alam Ab

Kebijakan walikota yang cenderung memberi ruang kepada china telah melahirkan stigma negatif bagi duet qurma manis. Stigma itu kemudian menghatam H. Arrahman yang ingin meneruskan kekuasaan di Kota Bima.
Alam Tokoh asal Kelurahan Penatoi Kota Bima 
Stigma itu bagai badai yang diikuti air bah menghantam H. Man. Stigma itu pula membuat warga yang merasa keadilannya terganggu kemudian menentukan sikap mengakhiri hegemoni kekuasaan yang tidak pro pribumi.

Ini sejalan dan selaras dengan arus besar nasional yang melawan sekaligus menolak hegemoni aseng. 

Lalu pada saat bersamaan hadir sosok H. Muhammad Lutfi yang menawarkan gagasan menawar dahaga warga kota yang menginginkan nafas baru pada kekuasaan kota. Nafas yang lebih pro pribumi dan mengakhiri hegemoni aseng di Kota Bima.

Karena itulah hadirnya Lutfi bak gayung bersambut dengan arus publik yang begitu menggebu. Warga seolah-olah menemukan jawaban dan harapan baru pada sosok Lutfi untuk menuntaskan kegelisahan dan rasa keadilan warga yang empat tahun belakangan terabaikan bahkan dicampakan.

Arus dan kegelisahan publik benar- benar menguntungkan Lutfi sebagai penantang dan membuat petahana terpojokan pada sudut yang membuatnya meratapi sejarah kelam atas kebijakan yang melukai rasa keadilan warga.

Momentum perlawanan terhadap penguasaan aseng secara nasional telah menjadi rule model sampai kedaerah dan ini berdampak sangat serius bagi siapa saja petahana yang terlanjut lekat dengan stigma pro aseng. Suka tidak suka realitas itu semakin mengemuka dan menjadi gerakan yang terus melabrak sendi- sendi kemapanan para aseng yang selama ini mendapat banyak support dari pemerintah sampai level daerah.

Opini