Tradisi Sakral Pada Kuda Pacu Bima -->
Cari Berita

Free Space 970 X 90px

Tradisi Sakral Pada Kuda Pacu Bima

Thursday, November 2, 2023

Tulisan oleh Darussalam

Kota Bima, Rabu (3/11/2023). 


Merawat kuda pacu bagi para perawat kuda di Bima memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri yang relatif berbeda dengan daerah lain. 
Darussalam. 

Kuda pacu diperlakukan bak seperti bayi. Penuh ketelitian dan kehati hatian dan terselip nilai spritual yang sangat dalam. 

Makan minum diatur sedemikian rupa, meski terlihat biasa saja bagi banyak orang. Mulai jam kapan diberi makan, jenis rumput yang dipilih hingga berbagai jamu jamuan disiapkan khusus untuk diberikan pada kuda. 

Menjelang event pacuan kuda perlakuan terhadap kuda semakin menarik dan penuh dengan hal hal yang luar biasa. 

Pasca dimandikan sore. Kuda kemudian di pijat dengan air hangat. Terkadang dalam air hangat tercampur dengan berbagai ramuan ramuan organik. 

Perlakuan khusus masih diberikan yaitu dengan membaluri seluruh tubuh kuda dengan ramuan penghangat dan pelemas otot kuda. Ramuan ramuan tersebut semua ramuan alami yang diracik khusus untuk kuda. 

Kuda kemudian di diamkan sampai semua tubuhnya terlihat mengering. Baru kemudian kuda tersebut diberikan makan. 

Perlakuan istimewa tidak berhenti sampai disitu saja. Terkadang perlakuan tersebut tidak kosong, melainkan disertakan dengan sekian banyak dali atau do'a tertentu. 

Biasanya kalimat " bareka la ila haillalah, bareka muhammad darasullulah " menjadi salah satu kalimat penutup dari jampi atau doa yang dibacakan.

Bahkan sebelum kuda tidur, kuda masih diberikan suntikan vitamin serta dibakarkan kemanyan untuk diasapkan pada seluruh tubuh kuda dan berbagai aksesoris kuda yang akan digunakan oleh kuda pada event besok harinya. 

Ketika kuda mulai hendak tidur dan merebahkan badannya. Para perawat kuda akan memastikan kemanakah arah kuda tersebut. Ketika arah tidurnya kuda tidak sesuai dengan apa yang diyakini, maka kuda tersebut akan dibangunkan sampai posisi tidurnya mengharap arah yang diinginkan. 

Demikian halnya dengan perawat kuda. Dipastikan harus dalam kondisi bersih dan tidak maksiat. 

Ketika pagi tiba, kuda kembali mendapatkan perlakuan khusus mulai dari memberihkan badan kuda dengan bilasan air dan pijatan untuk meremaskan otot pasca tidur sampai dengan mengenakan berbagai aksesoris untuk siap berlaga. 

Perlakuan tersebut tidak sembarangan karena perlakukan tersebut juga tetap dengan iringan doa atau jampi tertentu sesuai dengan yang diyakini oleh perawat kuda. 

Saat hendak berangkat meninggalkan kandang menuju arena pacuan. Kuda kembali diperlakukan khusus. Kuda diarahkan menghadap kiblat lalu dibacakan sekian doa kemudian diputarkan beberapa kali sambil diiringi doa, baru kemudian kuda tersebut diberangkatkan. 

Pada saat proses tersebut. Orang yang ada disekitar kuda diharapkan untuk diam dan berdiri sampai kuda tersebut melangkahkan kaki meninggalkan kandang. 

Kemudian ketika kuda tersebut hendak berlomba. Kuda kembali mendapatkan perlakuan khusus. Kuda dibilas dengan air, diberikan berbagai ramuan dan terkadang diberikan suntikan penambah daya tahan dan tenaga. 

Saat hendak menuju box star, kuda kembali diperlakukan menghadap kearah tertentu sembari dibacakan jampi atau doa, kemudian diputar beberapa kali lalu melangkah memasuki arena menuju box star. 

Doa dan jampi kembali dibacakan saat kuda hendak dinaikan Joki. Jokipun sebelum menaiki kuda, mendapatkan perlakuan ritual. Hidapakan pada arah tertentu dan dibacakan jampi atau doa baru kemudian dikenakan baju ban lintasan dan dinaikan ketubuh kuda. 

Sekian banyak ritual tersebut merupakan bentuk bagaimana sakralnya kuda pacu ditanah bima. 

Inilah sisi yang sangat menarik pada kuda pacu yang hendak mengikuti lomba. Tradisi tersebut masih lestasi sampai saat ini. 

Sisi inilah yang menjadi salah satu identitas dari pacuan kuda Bima sekaligus menjadi simbol bahwa pacuan kuda Bima bukan sekedar melombakan kuda dalam lintasan pacu. 

Melainkan begitu banyak nilai nilai spritual yang adi luhung dalam konteks pacuan kuda Bima yang menjadi salah satu warisan adiluhung para nenek moyang Bima.

(**).