Selamat Milad IMM Ke 54 Tahun: Refleksi Gerakan IMM Ditengah Carut Marutnya Bangsa -->
Cari Berita

Free Space 970 X 90px

Selamat Milad IMM Ke 54 Tahun: Refleksi Gerakan IMM Ditengah Carut Marutnya Bangsa

Selasa, 13 Maret 2018

OLEH : ARIFUDIN
Mantan Sekretaris Umum IMM Komisariat FKIP UMMAT

Lewat milad yang ke-54 tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai organisasi pergerakan dan perjuangan yang sudah melewati masa tuanya di republik ini, tentu mengalami dinamika panjang dalam membangun negeri yang lama di jajah oleh kolonialisme, walaupun hari ini IMM menghadapi kolonialisme wajah baru yaitu; Kapitalisme dan Neo-liberalisme.

Mantan Sekum IMM Komisariat FKIP UMMAT Immawan Arifudin.
Etos terbentuknya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di latar belakangi oleh tiga faktor mendasar yaitu; kondisi kemahasiswaan, kondisi kebangsaan, dan kondisi keumatan. tiga keadaan itu membuat sosok Djasman Alkindi, sebagai pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, merasa terpanggil untuk mengkonsolidasikan kelompok-kelompok mahasiswa islam dalam melihat dan mengkaji secara seksama keadaaan tersebut.

Pertanyaan saya sebagai refleksi dari milad HMI ke-54 tahun ini, Apakah kondisi kemahasiswaan, kondisi kebangsaan, dan kondisi keumatan hari ini mengalami hal yang serupa dengan apa yang di alami oleh Djasman Alkindi, pada zamannya? Ini yang mau saya coba refleksi!

Setiap zaman memiliki generasi dan tiap generasi pasti memiliki tantangan, dan itu yang dimaksud dengan tantangan zaman. Bapak Djasman Alkindi, menghadapi tantangan sesuai dengan zamannya sehingga sejarah yang terbentuk sebagai nafas perjuangan yang hari ini di kenal sebagai Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah(IMM), masih eksis dan terus menyala dalam menghadapi situasi bangsa  di tengah kegaduhan ekonomi, pendidikan, kebuayaan, sosial, politik, dan keumatan.

Tantangan IMM Sekarang

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, masih diperhadapkan oleh situasi kemahasiswaan, kebangsaan, dan keumatan yang tentu kasusnya berbeda dengan apa yang dihadapi oleh bapak Djasman Alkindi bersama kawan-kawannya, sebagai pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada zamanya.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai wadah persatuan dan perjuangan mahasiswa islam tidak terlepas dari dinamika bangsa, baik secara ekonomi, budaya, pendidikan, sosial dan politik. IMM tetap menjadi garda depan dalam mengawal dan mengentrol proses demokrasi keindonesiaan.

Kondisi Mahasiswa: Sebagai agen perubahan perlu mendefinisikan diri, sebab jika tidak terdefinisi dengan baik, maka akan mengalami kebinggungan dalam melakukan sesuatu dan sangat penting melihat fungsi dalam diri itu sepeti apa, dan ini perlu diselesaikan dengan baik oleh aktivis-aktivis mahasiswa, sebab jika tidak maka negara mengalami kehilangan pengontrolan dari mahasiswa (Civil Society).

Problem yang belum teselesaikan dengan baik yang dihadapi oleh mahasiswa hari ini adalah pragmatisme dan apatisme, dalam situasi bangsa yang masih dijajah oleh kelomok-kelompok penjajah seperti Korupsi Kolusi dan Neptisme (KKN) yang masih menyelimuti negeri ini, mahasiswa sebagai bentuk pengontrolannya harus hadir sebagai panglima terdepan dalam menyuarakan segala bentuk kejahan di republik ini.

Tapi jika mahasiswa masih didominasi oleh nalar pragmatisme dan apatisme, maka apa yang dikatakan oleh Adolf Hitler, Politikus dari Jerman "Alangkah beruntungnya penguasa di Republik ini, bila rakyatnya tidak bisa berpikir" berangkat dari itu, pragmatisme dan apatisme merupakan bentuk ketidak berpikirnya mahasiswa terhadap fungsinya dalam melihat realitas sosial, dan lupa dengan apa yang dikatakan oleh Descartes, "Aku berfikir karena itu aku ada".

Kondisi Bangsa: Indonesia sejak dulu hingga sekarang selalu menjadi  incaran negara asing untuk "dijajah" atau dijadikan sebagai negara boneka, seperi  Amerika dan China yang hari ini indoneia dijadikan sebagai lahan ekspansi kekuasaan bagi negara-negara kapitalisme dengan alasan utama adalah membangun kerja sama secara politik.

Kondisi indonesia ditengah pertarungan global seperti sekarang ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, sebagai organisas pergerakan dan perjuangan harus hadir sebagai kelompok Civil Society yang melihat secara kritis kondisi kebangsaan yang hari ini seperti kehilangan pemimpin atau tanpa pemimpin.

Bangsa indonesia mengahadapi kolonialisme gaya baru pasca belanda menjajah indonesia. Kelonialisme gaya baru yang di hadapi oleh indonesia hari ini adalah konglomerat dari china  yang berlindung dan bersenggama dengan kekuasaan.

Ada pergantian pemain dalam konteks penjajahan, dulu indonesia di jajah oleh belanda dan sekarang indonesia dijajah oleh China dengan penjajahan yang masif yang dilakukan oleh kelompok China, dan terbentungnya 9 Naga. Situasi bangsa yang masih diselimuti oleh kolonialisme, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tetap menyala dan melihat secara kritis keadaan bangsa yang masih di jajah oleh perpanjangan tangan dari kapitalisme dan neo-liberalisme.

Kondisi Umat Islam: Dalam situasi umat islam yang hari ini menghadapi dinamika dan ujian dari kelompok-kelompok yang tidak senang dengan gerakan islam di nusantara ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, harus hadir dan memastikan diri sebagai pasuk depan dalam menghadapi gelombang yang menganca umat islam ditengah pertarungan politik kekuasaaan yang hari ini umat islam dijadikan sebagai alat politik kekuasaan yang hanya bersifat pragmatisme kekuasaan.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai kelompok pejuang islam tentu merasa tersingung dengan penghinaan Al Qur'ar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang tidak senang dengan gerakan islam hari ini, Al Qur'an tetap menjadi cerminan gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai jalan yang diridhoi oleh Allah SWT.