Baca Juga
Setelah melewati pelarian panjang 10 hari dilintasan pacu Sambinae Kota Bima, akhirnya pacuan kuda tradisional mampu diselesaikan dengan tuntas sekaligus menjawab berbagai keraguan dan khawatiran yang kerap mengiringi perjalanan event pacuan.
Ilustrasi pacuan kuda. |
Berbagai tantangan rintangan yang mengiringi awal perencanaan pacuan yang begitu menguras energi, akhirnya mampu dijawab tuntas dengan apik oleh PORDASI dan penyelenggara pacuan kuda Sambinae.
Capaian yang ditorehkan oleh PORDASI dan pelaksana pacuan kuda patut kita apreseasi, dan kita patut nersyukur karena masih memiliki putra daerah dan figur figur yang mau menghibahkan diri dalam merawat dan menjaga tradisi sekaligus identitas masyarakat Bima yaitu tradisi pacuan kuda tradisional.
Animo penonton yang begitu antusias, menjadi pacuan sambinae 2023 sebagai pacuan dengan animo tertinggi selama perhelatan pacuan di Kota Bima. Puluhan ribu pasang mata larut dalam deru debu lintasan pacu yang di isi oleh kuda kuda hebat.
Sambinae menyimpan cerita tersendiri bagi para pemilik kuda. Lintasan dengan panjang ± 900 meter tersebut mampu menhadirkan juara baru pada beberapa kelas bergengsi seperti kelas Dewasa A, Dewasa B, Dewasa C dan Dewasa D.
Pada kelas Dewasa A yang merupakan kuda lokal, PATIN mampu menaklukan jawara jawara kelas A dan keluar sebagai juara baru. Kelas C pun juga mampu dimenangkan oleh kuda bernama INNOVA setelah sekian lama absen karena mengalami cedera panjang.
Pertarungan seru yang sangat sangat menegangkan dan ditunggu tunggu oleh para pecinta kuda adalah pertarungan dua kuda juara sejati pada kelasnya masing masing dan pada pacuan Sambinae kedua kuda jawara tersebut yaitu MULAN dan QUEN SAHARA pada kelas D Dewasa.
Dominasi MULAN yang dianggap sebagai juara sejati pada kelas Dewasa D akhirnya harus mengakui kehebatan sang penantang sekaligus pendatang baru bernama QUEN SAHARA setelah ada final mampu keluar sebagai juara kelas Dewasa D dan di susul oleh MULAN pada urutan kedua.
Meski pacuan telah usai dengan baik, namun aroma pacuan belum begitu saja usai. Cerita tentang peristiwa pacuan masih menghangat ditengah tengah warga terutama pada warga pecinta kuda pacu. Tidak hanya di wilayah Bima tetapi juga hangat dibicarakan dipecinta pacuan kuda pacu di NTB dan NTT.
Fenomena pacuan Sambinae menjadi fakta bagaimana kecintaan masyarakat terhadap pacuan kuda tradisional. Bagaimana menyatunya warga dengan tradisi yang paling fenomenal tersebut. Kecintaan dan kedekatan tersebut yang menjadi pemicu membludaknya penonton memadati arena pacuan Sambinae dan menjadi pacuan tradisional teramai dinegeri NTB dan NTT.
Atas fakta tersebut rasanya tidaklah berlebihan jika pemerintah menjadikan pacuan kuda tradisional sebagai event unggulan dan prioritas sekaligus menjadi icon bagi daerah yang memang dikenal dengan kuda sejak berabad abad lamanya.
Mengembalikan fasilitas atau sarana prasarana pacuan kuda tradisional yang standar sebagaimana yang pernah ada pada arena Manggemaci tempo dulu tentu menjadi solusi untuk mewujudkan pacuan kuda sebagai event unggulan daerah.
Pacuan kuda memiliki multiefek yang positif untuk menggerakan dan meningkatkan ekonomi. Pertama, menjadi sumber ekonomi bagi para pelatih atau perawat kuda pacu, para pelepas kuda, para penjual rumput, para Joki, para pengobat kuda pacu, para pebisnis eksport import kuda dan para pemilik peternakan kuda. Bahkan akan menciptkan perternak baru.
Kedua, event pacuan kuda mampu menjadi magnit yang mampu menggerakan ekonomi terutama untuk para pelaku usaha yang menyajikan berbagai macam sajian dagangan selama event berlangsung termasuk potensi ekonomi dari sektor parkir yang selama ini digarap oleh anak anak muda disekitaran arena pacuan kuda. Ketiga, jika dikelola dengan baik, pacuan kuda akan mampu memberi sumbangsih PAD yang cukup signifikan bagi daerah.
Inilah potensi yang ada didepan mata dan sudah terbukti menjadi event tradisi terbesar yang menyedot perhatian masyarakat dan mampu menggerkan ekonomi yang bisa dirasakan oleh banyak masyarakat selain menjadi hiburan terbesar untuk masyarakat Bima.
Opini oleh Darussalam.
(**).