Menemukan “Pura Vida” di Tanah “Kalembo Ade”, Sebuah Refleksi Kepemimpinan dan Kearifan Lokal -->
Cari Berita

Free Space 970 X 90px

Menemukan “Pura Vida” di Tanah “Kalembo Ade”, Sebuah Refleksi Kepemimpinan dan Kearifan Lokal

Rabu, 15 Oktober 2025

Penulis: Komang Santhi Arsa, Pimpinan Bank Mandiri Bima Sape. 

Di peta wisata dunia, Costa Rica telah mematenkan dirinya sebagai surga tropis yang tidak hanya memesona dengan keindahan alamnya, tetapi juga dengan filosofi hidup masyarakatnya: “Pura Vida”. Frasa ini, yang secara harfiah berarti “hidup yang sederhana” atau “kehidupan yang murni”, telah menjadi jiwa bangsa tersebut. “Pura Vida” adalah cara hidup yang menekankan kebahagiaan, kedamaian, rasa syukur, keramahan, dan harmoni dengan alam serta sesama.

Menariknya, jika kita berjalan jauh ke timur, tepatnya di Bumi Mbojo, Kabupaten/Kota Bima, Pulau Sumbawa, kita akan menemukan sebuah filosofi yang memiliki resonansi makna yang sangat mirip: “Kalembo Ade”.
“Kalembo Ade” adalah simpul kearifan lokal masyarakat Bima (Dou Mbojo) yang berarti “adat lembut dan santun”. Nilai ini bukan sekadar sopan santun biasa, melainkan sebuah pandangan hidup yang mengedepankan keluhuran budi, keramah-tamahan, kesantunan dalam berucap dan bertingkah laku, serta penghormatan yang tinggi terhadap orang lain dan lingkungan.

Dalam praktiknya, “Kalembo Ade” memanifestasikan diri dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari cara Dou Mbojo menyambut tamu dengan hangat dan tulus, menjaga tutur kata agar tidak menyakiti, hingga sikap gotong royong (sampari) dan saling menghargai. Nilai inilah yang menciptakan ikatan sosial yang kuat dan suasana komunitas yang damai. Seperti “Pura Vida” di Costa Rica, “Kalembo Ade” adalah prinsip yang mengarahkan masyarakat pada kehidupan yang harmonis dan penuh makna.

Dengan dasar paralel filosofis inilah, pantas kiranya jika kita memberikan gelar kehormatan “Pura Vida de Bima” untuk menggambarkan jiwa dan karakter masyarakat Bima yang santun, ramah, dan berbudaya luhur ini. Gelar ini bukan sekadar metafora, tetapi sebuah pengakuan bahwa Bima memiliki kekayaan filosofi hidup yang setara dengan destinasi dunia yang dikagumi banyak orang.
Costa Rica terkenal dengan komitmennya yang tinggi terhadap kelestarian alam. Sebagian besar wilayahnya adalah kawasan lindung dan taman nasional yang hijau. Mereka memahami bahwa harmoni dengan alam adalah kunci keberlanjutan. Bima, dengan pesona alamnya yang memukau, memiliki potensi yang sama untuk dinobatkan sebagai “Costa Rica van Sumbawa”. Dari hamparan savana Sabana Palekat yang memesona, keindahan bawah laut Taman Nasional Komodo di perairan Sape, hutan mangrove yang lestari, hingga deretan gunung dan bukitnya yang hijau, Bima adalah permata alam yang bersinar.

Gelar “Costa Rica van Sumbawa” ini bukan hanya tentang keindahan visual, tetapi juga tentang semangat yang sama untuk menjaga dan melestarikan warisan alam ini untuk generasi mendatang. Sebagaimana “Pura Vida” tidak terlepas dari penghormatan pada alam, “Kalembo Ade” juga mengajarkan untuk bersikap santun dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.

“Sebagai seorang yang berkarya di lembaga keuangan di Bima, saya melihat potensi besar yang dapat dikembangkan dengan menyinergikan kekuatan filosofi Kalembo Ade dan gelar Pura Vida de Bima serta Costa Rica van Sumbawa. Nilai-nilai seperti kejujuran, gotong royong, dan kesantunan yang terkandung dalam “Kalembo Ade” adalah fondasi yang kokoh untuk membangun kepercayaan (trust) dalam dunia usaha dan investasi,” jelas Komang Santhi Arsa.

Sektor pariwisata, pertanian, kelautan, dan UMKM dapat tumbuh dengan lebih baik jika dibangun di atas prinsip-prinsip kearifan lokal ini. Sebuah destinasi wisata yang tidak hanya menjual keindahan alam, tetapi juga “pengalaman budaya” yang autentik melalui keramahan dan kesantunan Dou Mbojo, akan memiliki daya tarik yang sangat kuat dan berkelanjutan.

Dalam konteks kepemimpinan dan pembangunan, tugas kitalah untuk terus menghidupkan dan mempromosikan “Kalembo Ade” ini. Baik sebagai pemimpin di institusi formal, tokoh masyarakat, maupun pelaku usaha, kita harus menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai luhur ini. Dengan demikian, pembangunan ekonomi yang kita usung tidak akan mengabaikan karakter dan jati diri kita sebagai Dou Mbojo.
Bima tidak perlu menjadi Costa Rica, karena Bima telah memiliki segalanya. Kita memiliki “Kalembo Ade” sebagai “Pura Vida” kita sendiri, dan alam yang indah sebagai “Costa Rica” kita di Sumbawa. Marilah kita bersama-sama merawat, mempromosikan, dan hidup dalam nilai-nilai “Kalembo Ade”. 

Dengan begitu, gelar “Pura Vida de Bima” dan “Costa Rica van Sumbawa” bukan hanya akan menjadi sebuah slogan, tetapi menjadi realitas yang dirasakan oleh setiap orang yang berkunjung dan tinggal di Bumi Mbojo yang kita cintai ini. Pura Vida de Bima!

(**).