Kematangan Strategi HM. Lutfi - Ferry Sofyan Mengunci Koalisi -->
Cari Berita

Free Space 970 X 90px

Kematangan Strategi HM. Lutfi - Ferry Sofyan Mengunci Koalisi

Sunday, September 3, 2017

Oleh : Alam

Kepastian pasangan HM. Lutfi - Ferry Sofyan semakin menunjukan class politik, kedua figur ini sangat mempuni dan berpengalaman.
Alam tokoh asal Kelurahan Penatoi Kota Bima 

Pemilihan sosok Ferry Sofyan sebagai wakil menjadi salah satu kunci dari upaya HM. Lutfi untuk mengunci permainan dalam hal koalisi partai yang berujung pada terjadinya dua blok koalisi parpol.

Fakta bahwa PAN sebagai partai pemenang pemilu di Kota Bima tidak bisa dilepaskan dari kepiwaian dan kematangan politik Ferry Sofyan sebagai Ketua PAN Kota Bima. Ferry Sofyan tidak hanya menghantarkan PAN sebagai partai pemenang pemilu dan menjadikannya sebagai Ketua DPRD tetapi dibawah kepemimpinan Ferry Sofyan perolehan suara PAN naik 80% dari perolehan suara pada pemilu sebelumnya di Kota Bima.

Perolehan suara PAN kurang lebih 11.000 pada pemilu lalu, tidak hanya menjadi modal politik yang sangat baik bahkan ideal tetapi lebih dari itu secara sederhana skema strategi mengunci peta koalisi memang harus dimulai dari mengunci partai pemenang pemilu.

Hal ini berbanding lurus dengan koalisi PAN, Gerindra dan PPP pada tingkat provinsi dengan mengusung Ahyar Abdu - Mori Hanafi konsisten berlaku dan terjadi sampai Kota Bima. 

Secara otomatis menggandeng Ferry Sofyan membuat pasangan HM. Lutfi mendapatkan simpatisan dukungan tiga partai sekaligus, meskipun ada proses politik yang harus dilakukan tetapi paling tidak ini mempermudah dalam mengunci strategi head to head. 

Disisi lain kesepakatan tiga partai ini menjadi magnet bagi PKS yang tidak mungkin berada di kubu PDIP yang sejak awal telah bersikap mendukung petahana.

Di luar empat partai tersebut, kemampuan dan kematangan politik seorang HM. Lutfi dan dengan segala akses dan jaringan yang dimilikinya akhirnya mampu meyakinkan empat partai lainnya yaitu PKPI, Hanura, PBB dan PKB mengingat Golkar pastinya akan mengusung dirinya.

Dengan penguasaan koalisi besar sembilan partai praktis mengunci permainan lawan guna memastikan bahwa pertarungan akan berlangsung hanya dua pasang yang akan disusung oleh partai politik.

Menggunci 9 parpol ini sekaligus membebaskan diri dari dua parpol yang terlanjur memiliki stigma yang sedikit tidak akan melahirkan blunder karena kedua parpol seperti PDIP dan Nasdem yang belakangan terlanjur mengalami beberapa persoalan yang mendapat protes dari umat muslim terkait beberapa vidio dari tokoh-tokoh partainya. 

Disisi lain demokrat sebagai partai yang menjadi jangkar utama dari pengusung petahana pada pilkada silam mengalami turbulensi internal dengan syarat yang relatif sulit dikompromikan dengan partai-partai koalisi lain yang sudah terbangun karena demokrat menawarkan figur wakil.

Turbulensi tiga parpol tersebut justru akan sangat dialami oleh petahana yang mau tidak mau harus menggunakan tiga kendaraan parpol tersebut untuk mengusungnya dan bukan rahasia lagi jika PDIP telah menjadi partai pertama yang siap mendukung kembali petahana. Begitu juga dengan Nasdem dan demokrat yang segera menyusul. Bersambung